Senin, 12 Januari 2009

Pemilu, Sebuah Ironi...

Pemilu 2009 mungkin merupakan pemilu yang sedikit berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Pada pemilu kali ini rakyat dapat memilih langsung wakil yang diinginkan untuk duduk di kursi panas senayan. Maka tak pelak lagi kita lihat berjamurnya poster-poster dan baligho-baligho para caleg mengotori berbagai sudut kota. Satu dengan lainnya saling meng-klaim bahwa merekalah orang-orang yang paling dekat dengan rakyat dan paling peduli dengan mereka. Padahal sebagian besar rakyat baru melihat muka dan mengetahui nama orang tersebut di poster!!! Sungguh sangat ironi sekali.

Sebuah pemikiran kemudian muncul di benak saya jika melihat poster para caleg ini. Jika memang mereka dekat dan peduli dengan rakyat, seharusnya mereka tidak perlu terlalu banyak membuang uang untuk berkampanye dan memasang poster. Toh rakyat akan mengerti dan mengenali siapa yang dekat dengan mereka. Bukan seperti saat ini, rakyat memilih orang yang bahkan baru dikenalnya. Apakah ini yag dinamakan demokrasi??

Hal yang sama juga selalu menggelitik hati saya jika melihat para mantan capres, ataupun mantan presiden, bahkan calon incumben sendiri ketika mereka berkampanye. Sungguh ketika pemimpin atau mantan pemimpin berkampanye agar orang-orang memilihnya, maka pada saat itu pula ia menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia bukan pemimpin yang baik!!! Bagaimana tidak, seorang pemimpin yang baik pasti akan dicintai dan diharapkan untuk memimpin kembali oleh rakyatnya. Rakyat akan memilihnya tanpa ia harus berlelah-lelah berkampanye karena rakyat sudah dapat merasakan hasil kepemimpinannya. Sehingga seharusnya para mantan dan pemimpin incumben itu merefleksi dirinya sendiri dan bukan malah sibuk menggalang dukungan dan membuang uang untuk menaikkan pamor dirinya. Karena mereka jika seperti itu bukanlah pemimpin yang baik.

Seharusnya para pemimpin dan mantan pemimpin ini bercermin dari mantan presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela. Ketika habis masa pemerintahannya maka rakyatpun secara aklamasi memintanya untuk naik kembali menjadi pemimpin mereka. Namun, memang karena kelapangan dadanya lah dia akhirnya menolak untuk dicalonkan kembali dan dengan sangat legowo mempersilakan kepada generasi muda di negaranya untuk melanjutkan estafet kepemimpinan. Sehingga wajarlah jika sampai sekarang namanya tetap harum dan disegani para pemimpin di dunia.

Lalu bagaimana dengan wajah negara kita? Maka sebait kata-kata seorang penyairpun terlintas di benak saya…”Malu aku jadi orang Indonesia…”

1 komentar:

Anonim mengatakan...

taun ini insyaallah jd taun pertama sy berpartisipasi dlm pesta demokrasi, yg ntah apa itu bnr2 bs dikatakan pesta krn kita bergembira, atau justru euforia satu pihak sj yg paling banyak berfoyafoya??? hambur uang cm utk menyogok perut rakyat dgn sgala embel kampanyenya..?

ntah

though kl blh jujur i think politic now is sucks, but anyway, its wot we call part of our life...
jd kata obama jg: there's no wrong with hope... dn sy akan tetap berharap bs mendapatkan d real leader utk membawa indonesia k titik revolusinya.

oya, jd inget sy dl pas pemilu ketos di smp(euleuh jaman sabaraha eta)
sy pakai quote yg sy curi denger di MQ kl g slh:
"pemimpin yg baik adlh yg menyayangi rakyatnya, dan pasti jg disayangi olh rakyat.
dan dia adlh org yg selalu mendoakan rakyatnya, dan jg pasti slalu didoakan rakyatnya..."

smoga pemimpin spt itulah yg nantinya memenangkan pesta demokrasi kita